Rahasia Raih Cuan, Ini 7 Strategi Investasi Reksa Dana Andalan Investor
Banyak orang menjadikan reksa dana sebagai pilihan instrumen investasi karena sederet keunggulan yang dimilikinya. Produk ini menghimpun modal dari sejumlah investor untuk dialokasikan ke sejumlah instrumen investasi sesuai hasil analisis dan pertimbangan Manajer Investasi. Hal tersebut membuat pengelolaan reksa dana berada di tangan Manajer Investasi yang andal dan telah berpengalaman berkecimpung di dunia investasi.
Dengan keunggulannya tersebut, investasi reksa dana sering kali dijadikan pilihan oleh investor pemula. Instrumen ini juga kerap dipilih oleh investor yang tak memiliki banyak waktu untuk meriset dan menganalisis instrumen investasi demi bisa meraup potensi keuntungan optimal.
Meski begitu, dalam berinvestasi reksa dana, Anda tak boleh lepas tangan begitu saja dan tak memiliki strategi khusus ketika menjalaninya. Sebab, jika dilakukan sembarangan, investasi reksa dana tetap bisa memberi risiko kerugian. Nah, agar tetap bisa mengontrol peluang dan risikonya, setidaknya pelajari 7 strategi investasi reksa dana yang umum dijadikan andalan oleh investor dalam mengoptimalkan perolehan cuannya berikut ini.
Bingung cari investasi reksa dana yang aman dan menguntungkan? Cermati Invest solusinya!
1. Buy & Hold Strategy
Strategi investasi reksa dana yang pertama dan paling simpel adalah buy & hold strategy atau strategi membeli dan menahan. Sesuai namanya, strategi investasi ini dilakukan dengan membeli produk reksa dana, lalu menahannya beberapa waktu ke depan sampai berhasil memberi imbal hasil sesuai keinginan.
Dengan strategi ini, Anda hanya perlu membeli dan menahan investasi reksa dana selama kurun waktu yang telah ditentukan. Biasanya, investor tak harus rutin melakukan analisis agar bisa mengoptimalkan hasil investasi dengan strategi ini sehingga lebih praktis dan dapat dilakukan oleh pemula sekalipun. Namun, idealnya strategi buy & hold dilakukan dalam jangka waktu lama, misalnya 10 tahun atau lebih agar bisa memaksimalkan keuntungan.
2. Dollar Cost Averaging
Strategi investasi selanjutnya adalah dollar cost averaging atau bisa juga disingkat DCA. Pada dasarnya, strategi investasi ini dilakukan dengan rutin membeli reksa dana tanpa memikirkan fluktuasinya dalam jangka pendek. Baik saat nilai reksa dana naik atau turun, Anda tetap terus membeli reksa dana ini secara rutin selama kurun waktu tertentu.
Dengan cara kerja yang simpel, strategi investasi reksa dana tersebut sering kali dilakukan oleh investor pemula. Asal tepat memilih produk reksa dana yang menjanjikan, potensi keuntungan yang diberikan dari penerapan strategi ini bisa begitu menggiurkan.
Strategi ini pun praktis diterapkan oleh masyarakat dengan kalangan mana pun. Pasalnya, saat ini ada banyak platform investasi reksa dana online yang membolehkan investor untuk menanam modal mulai dari nominal 10 ribu rupiah saja. Sehingga, strategi investasi reksa dana DCA bisa diaplikasikan oleh semua investor, terlepas dari kondisi ekonomi maupun kemampuannya menganalisis pasar modal.
3. Lump Sum Strategy
Kebalikan dari dollar cost averaging, di dunia investasi reksa dana dikenal pula strategi yang disebut lump sum. Sederhananya, saat investor memiliki uang dengan nominal besar, mereka bisa langsung menginvestasikan semua modalnya tersebut ke produk reksa dana dalam sekali pembelian.
Strategi ini cocok diterapkan bagi Anda yang ingin menghindari risiko impulsif dan menggunakan dana investasi untuk hal yang tidak penting, seperti belanja konsumtif atau semacamnya. Dari setoran dana tersebut, investor berharap mampu mendapatkan potensi keuntungan seiring berjalannya waktu.
Secara umum, strategi ini bisa dibilang sangat mudah untuk dilakukan. Tapi, jika nominalnya kecil, lump sum strategy tak akan memberi potensi keuntungan yang signifikan bagi investor. Di samping itu, strategi ini juga dianjurkan untuk dilakukan pada jenis reksa dana berisiko rendah, semisal reksa dana pasar uang, agar terhindar dari risiko kerugian dan kehilangan dananya sekaligus.
4. Micro Investing Strategy
Tak kalah menariknya, strategi investasi reksa dana lain yang bisa Anda jadikan pilihan adalah micro investing strategy. Belakangan ini, strategi investasi mikro tengah berkembang dan populer dikenal oleh kalangan investor muda karena mudah serta praktis dilakukan. Juga, strategi ini didukung oleh kehadiran aplikasi investasi online, dan bisa diterapkan dengan modal yang sangat terjangkau.
Pada dasarnya, micro investing strategy dilakukan dengan menginvestasikan berapa pun nominal uang receh yang diperoleh dari berbagai transaksi, misalnya, uang kembalian belanja, sisa saldo rekening dan e-wallet, dan sebagainya. Jadi, setiap kali memiliki uang receh, daripada mengabaikannya, Anda menginvestasikannya ke rekening reksa dana. Tak harus memiliki jadwal khusus untuk melakukannya, strategi ini mampu menumbuhkan kebiasaan menabung dan investasi tanpa perlu menyiapkan niat lebih dulu.
5. Systematic Investment Plan
Bisa juga disingkat sebagai SIP, systemic investment plan adalah suatu strategi investasi reksa dana yang dilakukan dengan cara menanam modal dengan nominal yang sama secara berkala. Strategi ini lebih praktis dilakukan berkat fitur yang disediakan layanan investasi digital, yaitu auto debit di mana investor bisa secara otomatis menginvestasikan dananya secara rutin.
Ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan dari menerapkan strategi ini. Beberapa di antaranya adalah mudah dilakukan, bisa membangun komitmen serta disiplin investasi, dan menjauhkan investor dari beban psikologis ketika berinvestasi. Juga, strategi ini dapat dimulai dengan jumlah yang kecil sekalipun menyesuaikan kondisi keuangan investor.
6. Average Up Strategy
Agar bisa meraih potensi cuan optimal dari investasi reksa dana, salah satu strategi yang tak boleh Anda lewatkan adalah average up strategy. Meskipun lebih dikenal di kalangan investor saham, tapi konsep investasi ini juga bisa diaplikasikan pada instrumen reksa dana.
Average up strategy sendiri dilakukan dengan cara yang cukup simpel. Sebagai contoh, investor membeli reksa dana A dengan sebesar 2 juta rupiah. Sebulan kemudian, reksa dana tersebut dengan NAB yang sama naik menjadi 2.2 juta rupiah dan investor kembali memutuskan untuk membelinya lagi sebesar 2,2 juta rupiah.
Tak lama kemudian, nilai NAB reksa dana kembali naik ke angka 2,5 juta rupiah. Dari kenaikan yang kedua ini, investor bisa memutuskan untuk melakukan penjualan dan merealisasikan keuntungan.
7. Market Timing Strategy
Strategi investasi reksa dana yang terakhir adalah market timing strategy. Berbeda dengan strategi yang telah dijelaskan sebelumnya, strategi ini membutuhkan ketelitian yang cukup tinggi agar bisa memaksimalkan hasilnya.
Investor perlu memahami kapan momen terbaik untuk membeli reksa dana agar bisa memperoleh potensi keuntungan maksimal. Secara umum, investor idealnya menerapkan strategi ini ketika kondisi pasar sedang meningkat, tapi harga saham secara umum masih tergolong rendah. Dalam kata lain, investor perlu rutin memantau indikasi IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan dan fluktuasi keuntungan obligasi.
Tak hanya membutuhkan ketelitian, ketepatan waktu, dan kesabaran, kunci penting agar sukses menerapkan market timing strategy adalah tak terdorong emosi. Pasalnya, mengedepankan emosi saat investasi bisa mengacaukan hasil analisis dan mengambil keputusan tak berdasarkan pertimbangan logis, misalnya membeli reksa dana di harga tinggi dan menjualnya kembali saat market bergerak turun.
Baca Juga: Investasi Lebih Aman dengan Diversifikasi, Ini Pengertian dan Manfaatnya bagi Investor
Maksimalkan Hasil Investasi Reksa Dana dengan Tepat Terapkan Strategi
Meski pengelolaannya menjadi tanggung jawab Manajer Investasi, tapi selaku investor reksa dana Anda tetap harus bisa menerapkan strategi investasi yang tepat. Dengan strategi investasi reksa dana yang terbaik, Anda mampu memaksimalkan potensi imbal hasilnya dan merealisasikan tujuan keuangan dengan optimal. Untuk itu, pastikan memahami 7 strategi investasi reksa dana di atas agar bisa menerapkan strategi yang tepat sesuai tujuan investasi.