Panduan Atasi Risiko Likuiditas dalam Investasi Obligasi untuk Redam Kerugian

Dari sejak lama obligasi menjadi salah satu instrumen investasi favorit oleh investor dari hampir semua kalangan. Selain risikonya yang cenderung aman, investasi obligasi juga mampu memberi potensi imbal hasil yang lebih tinggi dibanding deposito maupun instrumen pasar uang. Karena alasan inilah banyak investor menjadikan produk ini untuk mengisi portofolio investasinya. 

Tapi, yang namanya investasi, obligasi juga mempunyai risiko yang tak boleh disepelekan oleh pemiliknya. Salah satunya risiko likuiditas yang jika tidak diantisipasi dengan tepat bisa mengacaukan rencana investasi, atau bahkan menggagalkan tujuan keuangan tercapai. 

Secara umum, risiko likuiditas terjadi ketika investor kesulitan untuk mencairkan atau menjual obligasi saat belum jatuh tempo. Padahal, ada kalanya investor membutuhkan modal investasinya tersebut untuk memenuhi kebutuhan mendesak tertentu. Mengetahui hal tersebut, panduan mengatasi risiko likuiditas dalam investasi obligasi ini penting untuk dicermati agar bisa meredam kerugian di masa depan. 

Penyebab Risiko Likuiditas dalam Investasi Obligasi

loader

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, risiko likuiditas dalam investasi obligasi terjadi ketika investasi kesulitan atau tidak bisa menjual obligasinya pada pasar sekunder di harga wajar dalam waktu yang cepat. Sehingga, investor mau tidak mau menunda keinginannya tersebut, atau rela melepas asetnya di harga yang lebih rendah dari seharusnya dan menelan kerugian. 

Jika ditelisik lebih jauh, ada beberapa hal yang menyebabkan risiko likuiditas dalam investasi obligasi, antara lain:

  • Rendahnya permintaan pasar pada produk obligasi tertentu. 
  • Kecilnya volume perdagangan sehingga tak banyak terjadi transaksi obligasi. 
  • Situasi pasar keuangan sedang tidak kondusif atau tidak stabil. 

Sebagai contoh, Anda mempunyai obligasi korporasi tenor 10 tahun dan sifat tradable atau bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Tapi, saat ingin menjualnya pada tahun ke-5, tak ada pembeli yang tertarik dengan produk obligasi tersebut. Alhasil, Anda harus menjualnya di harga yang lebih rendah dibanding nilai wajarnya untuk menarik pembeli dan melakukan likuiditas.

Dampak Risiko Likuiditas dalam Investasi Obligasi

Ketika risiko likuiditas terjadi pada investor obligasi, biasanya dampak-dampak berikut akan dirasakan, antara lain:

1. Kesulitan Mencairkan Dana

Dampak risiko likuiditas yang paling utama adalah investor kesulitan untuk menjual obligasi di harga wajar. Sehingga, opsi yang tersedia adalah menunggu pasar kembali normal atau menjual obligasi di harga lebih rendah agar menarik pembeli. 

2. Risiko Capital Loss

Apabila terpaksa menjual obligasi dengan harga lebih kecil, sudah pasti akan mengalami capital loss atau kerugian modal. Hal tersebut bisa membuat kinerja investasi menurun hingga berisiko mengacaukan rencana meraih target keuangan. 

3. Fleksibilitas Portofolio Menurun

Risiko likuiditas juga bisa berdampak pada fleksibilitas portofolio menurun karena ada aset obligasi yang terikat dan tak bisa dicairkan sampai tanggal kedaluwarsa. 

4. Harga Obligasi Jadi Lebih Volatil

Selain itu, obligasi yang memiliki likuiditas rendah sering kali lebih rentan dengan masalah volatilitas harga pada pasar sekunder. 

Jenis Obligasi yang Memiliki Risiko Likuiditas

Meski tidak semua, ada beberapa jenis obligasi yang mempunyai risiko likuiditas dan perlu diantisipasi oleh investor, yaitu:

  • Obligasi korporasi yang memiliki rating rendah memiliki risiko likuiditas cukup tinggi karena memiliki peminat terbatas dan ada risiko gagal bayar atau default. 
  • Obligasi jangka panjang memiliki risiko likuiditas lebih tinggi dibanding obligasi jangka pendek atau menengah. 
  • Obligasi yang volume penerbitannya kecil dan tidak terlalu diminati pada pasar sekunder. 

Di sisi lain, beberapa obligasi pemerintah seperti ORI, SBR, dan sukuk ritel biasanya memiliki likuiditas lebih tinggi karena diminati oleh investor ritel dengan jaminan dari pemerintah. 

Tips Menghindari Risiko Likuiditas dalam Investasi Obligasi

Jika ingin meminimalkan risiko likuiditas dalam investasi obligasi, ada beberapa tips yang perlu Anda ketahui, antara lain:

1. Pilih Obligasi yang Likuiditasnya Tinggi

Untuk menghindari risiko likuiditas, salah satu solusinya adalah hanya membeli obligasi dengan likuiditas yang tinggi. Beberapa contohnya adalah obligasi pemerintah seperti ORI, SBR, dan sukuk ritel karena umumnya diminati investor dan mudah diperdagangkan. Sementara pada obligasi korporasi, pastikan memiliki rating yang tinggi dari lembaga pemeringkat resmi. 

2. Sesuaikan dengan Tujuan Keuangan

Tips selanjutnya, pilih jenis obligasi yang ideal dengan tujuan keuangan. Contohnya, jika memiliki tujuan jangka panjang, maka memilih obligasi dengan risiko likuiditas tinggi tidak akan menjadi masalah karena akan memegangnya sampai jatuh tempo. Sebaliknya, untuk jangka pendek, maka hindari memilih obligasi dengan risiko likuiditas tinggi agar bisa dicairkan lebih cepat sesuai kebutuhan. 

3. Lakukan Diversifikasi 

Selain itu, seimbangkan risiko investasi dengan mendiversifikasi portofolio. Caranya bisa dengan membeli obligasi pemerintah sekaligus obligasi korporasi dengan rasio tertentu sesuai kebutuhan. 

4. Pertimbangkan Volume Penerbitan

Terakhir, pertimbangkan volume penerbitan obligasi. Jika volume penerbitannya besar, obligasi cenderung memiliki likuiditas lebih tinggi dibanding obligasi dengan jumlah terbatas.  

Beli Obligasi Sekarang!

Maksimalkan Keuntungan dengan Antisipasi Risiko Likuiditas dalam Investasi Obligasi

Ketika keliru memilih, risiko likuiditas bisa terjadi saat investasi obligasi. Dampaknya membuat investor kesulitan mencairkan dananya sampai memicu kerugian modal. Jadi, pastikan untuk mengantisipasi risiko likuiditas dalam investasi obligasi agar bisa memaksimalkan keuntungan.