Perbedaan Idle Money dan Active Money, Apa Contohnya pada Pengelolaan Finansial?
Di dunia keuangan, uang tak seharusnya cukup dipahami sebagai alat pembayaran atau aset likuid saja. Tergantung kebutuhan dan kegunaannya, uang bisa dibedakan menjadi beberapa jenis yang penting untuk dipahami. Contohnya adalah perbedaan idle money dan active money yang memiliki pengaruh krusial dalam proses pengelolaan finansial.
Pada dasarnya, baik idle money dan active money sama-sama berhubungan dengan dana atau uang yang Anda miliki. Tapi, jika dilihat dari cara penggunaan, fungsi, hingga risikonya, keduanya mempunyai perbedaan yang cukup penting untuk dicermati. Barulah dengan begitu Anda bisa memaksimalkan manfaatnya ketika mengelola keuangan.
Lantas, apa perbedaan idle money dan active money dan pengaruhnya pada aktivitas pengelolaan finansial seseorang? Nah, untuk mengetahui jawabannya, simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Pengertian Idle Money
Idle money, atau bisa juga disebut uang dingin, adalah sejumlah uang tunai maupun saldo yang tak digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam jangka pendek. Jenis uang ini biasanya dibiarkan mengendap, sebagai contoh, dalam bentuk tunai ataupun rekening bank, tanpa memberi keuntungan.
Di dunia bisnis, uang dingin juga bisa mengacu pada uang kas perusahaan yang tidak harus digunakan untuk memenuhi biaya operasional, pengembangan, maupun investasi. Meski tidak secara langsung memberi dampak negatif, tapi idle money yang dibiarkan terlalu banyak dan lama bisa menjadi tanda inefisiensi finansial pada bisnis.
Idealnya, idle money seharusnya bisa diputar agar bisa memberi potensi keuntungan atau pemasukan bagi perusahaan. Caranya dengan mengalokasikannya sebagai modal bisnis, melakukan ekspansi, dan sebagainya. Pasalnya, jika dibiarkan mengendap terlalu lama, nilai uang tersebut akan tergerus oleh inflasi ataupun memicu opportunity lost bagi perusahaan.
Pengertian Active Money
Berbeda dengan idle money, active money atau uang aktif adalah istilah yang merujuk pada nominal uang maupun aset likuid yang memiliki kegunaan tertentu dalam waktu dekat. Contohnya adalah uang kas perusahaan yang akan digunakan untuk membayar gaji karyawan, memenuhi operasional bisnis, dan sebagainya.
Active money juga bisa dipahami dengan dana yang bisa dikelola untuk memberikan imbal hasil. Sebagai contoh, dana yang diinvestasikan di produk reksa dana dengan tingkat keuntungan tertentu seiring waktu bisa dikategorikan sebagai active money. Jadi, uang tersebut tidak sekadar dibiarkan mengendap tanpa memberi potensi imbal hasil atau memiliki fungsi tertentu dalam waktu dekat.
Perbedaan Idle Money dan Active Money
Dari pengertian di atas, sebenarnya tidak sulit untuk membedakan antara idle money dan active money. Namun, untuk lebih mudah memahami perbedaan idle money dan active money, Anda bisa mencermati tabel perbandingannya berikut ini.
|
Aspek |
Idle Money |
Active Money |
|
Kegunaan |
Tidak digunakan untuk hal atau kebutuhan apa pun dalam waktu dekat. |
Memiliki fungsi khusus yang telah ditentukan dalam waktu dekat, seperti investasi, memenuhi kebutuhan, atau membayar operasional bisnis. |
|
Risiko |
Nilai uang terus menurun karena tergerus inflasi |
Risiko kerugian, seperti capital loss, saat dialokasikan sebagai aset investasi. |
|
Potensi Imbal Hasil |
Tidak memiliki potensi imbal hasil karena disimpan dalam bentuk uang tunai atau saldo rekening. |
Memiliki potensi imbal hasil saat dialokasikan sebagai aset investasi. |
|
Contoh |
Uang tunai dan saldo rekening bank yang dibiarkan menganggur. |
Aset investasi, dana kas perusahaan untuk kebutuhan operasional, pos keuangan tertentu. |
Tips Mengelola Idle Money dan Active Money
Sebenarnya, memiliki idle money dan active money sama-sama penting dalam mengelola keuangan. Namun, agar bisa mendapatkan keuntungan dan manfaat yang lebih optimal, ada beberapa tips mengelola idle money dan active money yang penting untuk Anda pahami, antara lain:
1. Investasikan Idle Money di Instrumen Likuid
Ketimbang membiarkan nilai idle money terus berkurang imbas inflasi, ada baiknya untuk menginvestasikannya di instrumen yang bersifat likuid. Rekomendasi instrumen investasi likuid yang bisa Anda pilih adalah reksa dana pasar uang karena bisa dicairkan dalam waktu singkat. Mengalokasikan idle money ke produk reksa dana pasar uang juga tergolong aman karena tingkat risikonya sangat kecil dan bisa memberi potensi imbal hasil seiring waktu.
2. Jadikan Idle Money Sebagai Dana Darurat
Agar memiliki fungsi yang lebih jelas, ada baiknya untuk menjadikan idle money sebagai dana darurat. Fungsi dari dana darurat ini sendiri adalah dana yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak, misalnya saat kehilangan pekerjaan atau penghasilan, geliat bisnis menurun, membayar biaya rumah sakit, hingga renovasi rumah. Idealnya, nominal dana darurat yang Anda miliki adalah 6 sampai 12 kali pengeluaran bulanan agar mampu menjadi fondasi untuk menjaga kondisi keuangan.
3. Simpan Idle Money dengan Aman
Jika memang belum terpikir menggunakan idle money untuk hal apa pun, pastikan Anda menyimpannya di tempat yang aman. Misalnya, jika menyimpannya dalam bentuk uang tunai, pastikan Anda memiliki brankas khusus yang terjaga, atau menyetorkannya ke rekening bank. Dengan begitu, risiko kehilangan, pencurian, atau semacamnya bisa dihindari dan uang dingin tersebut tidak hilang secara percuma.
Cermati Rasio Idle Money dan Active Money agar Optimal bagi Kondisi Keuangan
Kesimpulannya, idle money dan active money pada dasarnya merupakan 2 hal yang penting untuk diperhatikan dalam mengelola keuangan. Baik idle money dan active money perlu dikelola dengan baik. Dengan begitu, kedua jenis uang tersebut berada dalam rasio yang aman dan optimal bagi keberlangsungan keuangan Anda.