Apa Itu Aset Likuid? Ini Pengertian, Contoh, dan Fungsinya agar Arus Keuangan Terjaga
Semua orang tentu sepakat jika uang tunai merupakan aset likuid yang wajib untuk dimiliki dengan jumlah yang cukup setiap waktu. Dengan mempunyai uang tunai, seseorang mampu membeli dan memenuhi segala kebutuhan hidupnya kapan pun dibutuhkan. Tapi, tahukah Anda jika uang tunai bukanlah satu-satunya jenis aset likuid yang bisa dimiliki seseorang?
Di dunia investasi, aset likuid juga menjadi istilah yang sering kali disebut dan dianjurkan untuk dimiliki oleh semua investor guna menjamin arus keuangannya terjaga. Dengan memiliki aset likuid, investor bisa lebih leluasa menjalani aktivitas investasi dan mengambil langkah.
Lantas, apa sebenarnya maksud dari istilah aset likuid ini di luar dipahami sebagai uang tunai untuk menjaga arus kas? Nah, guna menambah wawasan keuangan dan investasi, Anda bisa menyimak penjelasan lengkap tentang pengertian aset likuid, contoh, fungsi, hingga tips meningkatkannya berikut ini.
Bingung cari investasi reksa dana yang aman dan menguntungkan? Cermati Invest solusinya!
Definisi Aset Likuid
Secara umum, aset likuid bisa dipahami sebagai aset atau kekayaan yang dapat diubah menjadi dana tunai dengan mudah dan cepat tanpa menghilangkan nilainya secara signifikan. Contoh paling sederhana dari jenis aset ini adalah uang tunai yang bisa digunakan kapan pun untuk membeli barang kebutuhan.
Selain itu, ada contoh aset lain yang memiliki likuiditas tinggi dan mudah untuk dicairkan menjadi uang tunai, seperti, instrumen pasar uang, obligasi jangka pendek, dan sekuritas yang bisa diperjualbelikan. Hal ini dikarenakan jenis aset tersebut mempunyai beberapa karakteristik berupa jumlah pembeli yang melimpah dan bisa dijual kapan saja, serta proses transaksi yang mudah, aman, dan bisa dilakukan dalam waktu singkat.
Bagi individu atau perusahaan, aset likuid termasuk sebagai bagian dari nilai kekayaannya secara umum. Untuk kebutuhan akuntansi keuangan, aset likuid yang dimiliki oleh sebuah perusahaan wajib dilaporkan pada laporan keuangannya sebagai aset saat ini.
Dengan menjaga kepemilikan jenis aset ini, Anda bisa lebih mudah mengatur kestabilan finansial, khususnya saat diterpa masalah keuangan dan harus memenuhi kebutuhan darurat. Di samping itu, aset likuid juga penting dimiliki oleh investor agar bisa mengoptimalkan kesempatan investasi dengan lebih mudah.
Contoh Aset Likuid
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aset likuid tidak selalu berupa uang tunai saja. Beberapa jenis aset lain juga bisa dimasukkan sebagai aset yang likuid dan mudah untuk diubah menjadi uang tunai tanpa menghilangkan nilainya secara signifikan. Berikut beberapa contoh aset likuid yang penting untuk dipahami.
- Uang tunai
- Reksa dana pasar uang
- Emas
- Valuta asing
- Rekening bank
- Deposito bank
- Obligasi korporasi atau obligasi pemerintah yang bersifat likuid
- Saham perusahaan likuid
- Piutang
- Inventaris
Fungsi Aset Likuid bagi Keuangan
Memiliki karakteristik sebagai harta yang dapat diakses dan digunakan dalam waktu yang singkat, aset likuid berperan penting bagi kondisi keuangan seseorang ataupun perusahaan. Pada dasarnya, fungsi dari aset likuid adalah untuk menjaga kondisi keuangan agar mampu memenuhi kebutuhan jangka pendek yang terus bermunculan dan menangani masalah finansial mendesak.
Secara lebih spesifik, berikut adalah fungsi aset likuid bagi keuangan.
- Ampuh menjadi solusi untuk menghadapi masalah finansial darurat karena bisa digunakan dengan cepat tanpa harus menjual aset utama.
- Bisa dijadikan sebagai aset investasi untuk menangkap peluang keuntungan secara optimal tanpa perlu menunggu proses pencairan aset lainnya.
- Memastikan arus kas tetap terjaga.
- Meminimalkan risiko keuangan, seperti, menghindari gagal bayar atas tanggungan jangka pendek.
Perbedaan Aset Likuid dengan Aset Non Likuid
Jika ada aset yang bersifat likuid, ada juga jenis aset lain yang bersifat non likuid atau illiquid asset. Disebut aset non likuid, jenis aset ini tentu memiliki kontras dengan aset likuid yang sebenarnya tidak sulit untuk dipahami.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aset likuid ialah jenis aset yang gampang untuk dikonversikan menjadi dana tunai tanpa menurunkan nilainya. Sebaliknya, aset non likuid dikenal sulit untuk bisa dicairkan secara cepat tanpa berisiko menurunkan nilainya secara signifikan.
Beberapa contoh aset yang bersifat non likuid adalah rumah, tanah, ruko, apartemen, dan jenis aset properti lain. Alasannya karena membutuhkan waktu untuk bisa menjual aset properti. Selain harganya yang tergolong tinggi, proses transaksi aset properti juga cukup panjang karena harus melalui beberapa pihak, seperti, notaris, balik nama, dan sebagainya.
Tips Meningkatkan Aset Likuid
Menjadi bagian penting dari perhitungan kekayaan bersih seseorang, nilai aset likuid wajib dijaga agar mampu lebih mudah mengelola keuangan dan memenuhi segala kebutuhan. Bahkan, nilai aset likuid yang cukup menjadi hal yang penting pada proses perencanaan finansial jangka panjang.
Akan tetapi, tidak ada acuan baku untuk mengetahui berapa besar aset likuid yang sebaiknya dimiliki seseorang agar bisa menjamin kondisi keuangannya terjaga. Untuk itu, setelah memahami pengertian dan contohnya, Anda juga perlu mempelajari tentang tips meningkatkan aset likuid untuk memastikan kondisi finansial tetap sehat, antara lain:
-
Siapkan untuk Dana Darurat
Tips pertama, kebanyakan orang menjadikan aset likuid sebagai dana darurat yang bisa digunakan kapan saja. Dengan memiliki dana darurat, kondisi finansial Anda akan lebih terjaga saat diterpa masalah keuangan mendesak yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu.
Sebagai contoh, dana darurat bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup ketika penghasilan sedang menurun atau kehilangan pekerjaan. Dana darurat juga dapat digunakan untuk membayar biaya rumah sakit, renovasi rumah, dan kebutuhan mendesak lainnya.
Terkait nominalnya sendiri, setiap orang dianjurkan untuk memiliki dana darurat sebesar 6 hingga 12 kali pengeluaran tiap bulan. Dengan begitu, kondisi keuangan akan lebih terjaga dari risiko kebutuhan mendesak karena memiliki aset likuid sebagai dana daruratnya.
-
Ubah Aset Non Likuid Sebagai Aset Likuid
Jika Anda belum memiliki cukup aset likuid yang disimpan sebagai dana darurat hingga nominal ideal, pertimbangkan untuk mengubah aset non likuid menjadi aset likuid. Anda bisa mulai mengevaluasi aset non likuid mana yang sekiranya sulit untuk bisa dijadikan sebagai uang tunai di waktu dekat.
Agar simpanan dana darurat terpenuhi, pilih beberapa aset non likuid yang dapat dilikuidasi tanpa mengubah nilainya secara signifikan. Dengan begitu, fondasi kondisi keuangan akan menjadi lebih kuat untuk membendung risiko masalah keuangan darurat yang mungkin terjadi di masa depan.
-
Sisihkan Gaji Tiap Bulan
Lalu, bagaimana jika tidak mempunyai aset non likuid yang bisa dilikuidasi sebagai aset likuid? Dalam kondisi ini, Anda bisa mulai menyisihkan sebagian pendapatan untuk mengumpulkan dana darurat. Aset likuid ini bisa dikumpulkan sebagai uang tunai di rekening tabungan khusus, ataupun instrumen investasi rendah risiko yang mudah untuk dicairkan sewaktu-waktu, misalnya, reksa dana pasar uang dan emas.
Atasi Kebutuhan Jangka Pendek dengan Selalu Miliki Aset Likuid
Menjadi aset yang bisa dicairkan sebagai uang tunai, aset likuid menjadi bagian penting dari pengelolaan finansial agar bisa memenuhi kebutuhan jangka pendek. Tak hanya bagi individu, perusahaan juga wajib mempunyai aset likuid agar bisa memastikan arus kas bisnisnya berjalan lancar. Bisa disimpan dalam berbagai jenis aset, seperti, instrumen investasi risiko rendah dan rekening bank, pastikan untuk memiliki aset likuid dalam jumlah yang dianjurkan demi menjamin kondisi keuangan terjaga.